Peran “Ada Gula
Ada Semut” Industri Berbasis Tebu dalam Menopang Perekonomian Nasional
Keberadaan industri berbasis tebu memegang peranan
penting demi kelangsungan hidup sehari-hari. Gula yang keberadaannya banyak dibutuhkan
masyarakat merupakan salah satu industri penting yang wajib diperhitungkan di
Indonesia. Di era yang semakin sulit dalam mencari pekerjaan, banyak
pengangguran yang akhirnya mencoba peruntungan melalui wirausaha. Dari gula
akhirnya banyak industri kecil bermunculan di tanah air yang membutuhkan
pasokan gula. Mulai dari pedagang kaki lima yang menjual aneka minuman manis,
penjual kue cubit di sekolah-sekolah, hingga produsen es krim. Masih banyak industri
lain yang akhirnya muncul dari komoditas gula seperti industri besar makanan
dan minuman yang telah berdiri.
Jika berbicara mengenai gula dalam skala rumah tangga,
setiap rumah tangga pasti membutuhkan ketersediaan gula di rumahnya untuk
memasak hingga menjamu tamu yang sedang berkunjung dengan secangkir minuman
manis. Apa rasanya secangkir teh tanpa gula ketika bertamu.
Banyak tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan
gula antara lain tebu, aren, dan kelapa. Di Indonesia, gula yang banyak
dibutuhkan masyarakat adalah gula dari industri berbasis tebu. Gula dibuat
melalui serangkaian proses dengan memanfaatkan tanaman tebu.
Komoditas yang tersusun atas sukrosa ini diproduksi oleh PG
(Pabrik Gula) swasta maupun PG milik BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Menurut
Dewan Gula Indonesia, lebih dari 60 PG berdiri di Indonesia. Mayoritas gula-gula
tersebut diproduksi oleh PG BUMN seperti PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, dan sebagainya,
sedangkan sisanya adalah PG swasta.
Salah satu PG BUMN sebagai penghasil gula terbesar adalah
PTPN XI. Gula yang dihasilkan oleh PTPN XI adalah Gula Kristal Putih (GKP) berbasis
tebu dan merupakan produk utama mereka. Sampai saat ini, PTPN XI memiliki 16 PG
yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa Timur seperti PG Djatiroto, PG
Semboro, PG Wringinanom, dan lain-lain. Setiap bulannya, PTPN XI mampu memproduksi
30.000 hingga 40.000 ton gula untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri.
Industri gula mampu menyerap tenaga kerja secara langsung
sebagai petani tebu, pegawai PG, dan lain lain. Tidak hanya itu, ia juga mampu
menyerap tenaga kerja secara tidak langsung melalui UMKM (Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah) yang berdiri yang menggantungkan usahanya pada gula. Industri lain
yang mengakar dari PG, nantinya akan mampu menyediakan lapangan kerja bagi
masyarakat. Meningkatnya jumlah orang yang memiliki pekerjaan akan mengurangi jumlah
pengangguran yang ada sehingga bisa mempercepat perekonomian nasional. Dari
sini sudah sangat kentara sekali peran signifikan industri berbasis tebu dalam
menopang perekonomian dalam negeri. Mereka semua mengandalkan pasokan gula
setiap harinya untuk menjaga agar usaha mereka tidak lumpuh.
Selain itu, PG sendiri juga mampu menyerap tenaga kerja
lebih banyak karena memanfaatkan tebu dari petani. Disini, perekonomian
pedesaan juga ikut ditopang oleh industri berbasis tebu. Jika setiap unit PG
mampu menyerap puluhan ribu tenaga kerja, berapa banyak tenaga kerja yang sudah
diserap oleh seluruh PG yang ada di Indonesia.
Ketika harga gula mengalami kenaikan yang dipicu oleh faktor
supply dan demand, PG ikut mengambil peranan penting dalam menekan harga gula untuk
masyarakat. Baru-baru ini pemerintah provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan
PTPN XI untuk menekan harga gula tersebut. Gula yang dijual ditargetkan bisa
mencapai 30.000 hingga 40.000 ton. Dari sini akan sangat terasa sekali peran PG
dalam membantu perekonomian nasional dengan menjual gula murah sebesar Rp
12.000 per kilogramnya. Masyarakat bisa mendapatkan gula dengan harga
terjangkau. Harga tersebut merupakan harga nasional, bukan harga regional.
Kenaikan harga gula yang dipicu faktor supply
bisa dipengaruhi oleh faktor anomali cuaca. Saat hujan, produksi gula di Indonesia
mengalami kesulitan sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan gula nasional.
Pada tahun 2016 ini, PTPN XI berupaya untuk meningkatkan
produksi gula hingga mencapai angka 450.000 ton dengan target rendemen mencapai
8,04 persen. Target ini sama seperti yang ditargetkan oleh pemerintah. Upaya
peningkatan produksi tersebut mengalami kenaikan sebesar 45.000 ton dari
405.000 ton pada tahun 2015.
Sepertinya peribahasa "ada gula ada semut" layak
disandingkan dengan signifikansi industri berbasis tebu di Indonesia. Dimana banyak
rezeki, disitulah banyak orang mendatanginya. Seperti yang telah disebutkan
diatas, banyak perusahaan kecil, UMKM, hingga industri besar yang menggunakan
dan membutuhkan gula dalam mengembangkan produk mereka.
Mengingat pentingnya peran PG atau industri berbasis tebu
di Indonesia dalam percepatan pertumbuhan ekonomi nasional, berbagai dukungan pun
datang dari pemerintah. Melalui Kementerian Pertanian, pemerintah melakukan
upaya dalam membangun industri gula nasional melalui ekstensifikasi dan
intensifikasi. Ekstensifikasi dilakukan dengan menyiapkan lahan seluas 380.000
hektar untuk 13 PG yang sudah ada. Untuk upaya intensifikasi dilakukan melalui
perbaikan ratoon, persiapan bibit
unggul, serta perbaikan PG. Intensifikasi yang dilakukan pemerintah terhadap PG
BUMN lebih menitikberatkan pada peningkatan produksi, perbaikan rendemen, perbaikan
bibit dan ratoon.
Kementerian Perindustrian juga mendukung perluasan pembangunan
PG di Indonesia seperti halnya yang dilakukan untuk PT PG Gorontalo melalui
perluasan pabrik dari Sulawesi Tenggara ke daerah lain. Upaya dukungan terhadap
produsen gula untuk perekonomian Indonesia yang lebih baik bisa dilakukan melalui
berbagai cara. Selain perluasan dan perbaikan PG, dukungan yang bisa diberikan
untuk industri berbasis tebu adalah melalui kebijakan atau regulasi yang berpihak
terhadap produsen namun juga tidak merugikan masyarakat atau konsumen.
Itulah mengapa dukungan yang pro PG diperlukan. Dengan
adanya dukungan-dukungan tersebut diharapkan produksi gula di Indonesia mampu
mencukupi kebutuhan gula nasional. Impor gula pun bisa ditekan, bahkan bukan tidak
mungkin Indonesia bisa kembali menjadi negara swasembada gula suatu saat nanti untuk
mengulang sejarah seperti pada tahun 1930 silam. Kini negara penghasil gula
terbesar diduduki oleh negara-negara lain seperti Australia, Brazil, dan
Thailand.
Jika Indonesia masih punya mimpi menjadi negara swasembada
gula, jangan sampai PG lumpuh hanya karena minimnya dukungan. Jangan sampai
penutupan PG yang pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya terulang kembali
karena tidak mampu bersaing dengan gula impor, masalah penjarahan lahan, atau dinilai
kurang produktif. Apalagi mengingat peran industri gula yang sangat penting dalam
perekonomian Indonesia, serta kebutuhan gula nasional yang masih sangat tinggi.
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Penulisan Jurnalistik PTPN XI 2016
kategori umum/netizen dengan tema: Peran Industri Berbasis Tebu dalam Perekonomian Nasional dan Percepatan
Pertumbuhan Ekonomi.